Minggu, 02 Desember 2012

tentang saya: MAKALAH URGENSI PEMAHAMAN TERHADAP PESERTA DIDIK

tentang saya: MAKALAH URGENSI PEMAHAMAN TERHADAP PESERTA DIDIK: BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang    Pendidikan adalah sebuah proses yang tak berkesudahan yang sangat menentukan karakter bangsa pada masa...

MAKALAH ADMINISTRASI KURIKULUM

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
    Salah satu aspek yang berpengaruh terhadap keberhasilan pendidikan nasional adalah aspek kurikulum. Kurikulum merupakan salah satu komponen yang memiliki peran strategis dalam sistem pendidikan. Kurikulum merupakan suatu sistem program pembelajaran untuk mencapai tujuan institusional pada lembaga pendidikan, sehingga kurikulum memegang peranan penting dalam mewujudkan sekolah yang bermutu atau berkualitas. Adanya beberapa program pembaruan dalam bidang pendidikan nasional merupakan salah satu upaya untuk menyiapkan masyarakat dan bangsa Indonesia yang mampu mengembangkan kehidupan demokratis yang mantap dalam memasuki era globalisasi dan informasi sekarang ini.
    Salah satu aspek yang dapat mempengaruhi keberhasilan kurikulum adalah pemberdayaan bidang manajemen atau pengelolaan kurikulum di lembaga pendidikan yang bersangkutan. Pengelolaan kurikulum pada tingkat satuan pendidikan atau sekolah perlu dikoordinasi oleh pihak pimpinan lembaga dan pembantu pimpinan yang dikembangkan secara integral dalam konteks Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)  dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) serta disesuaikan dengan visi dan misi lembaga pendidikan yang bersangkutan.

1.2.Tujuan
    Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk membantu mempersiapkan manajemen sekolah bermutu terutama berkenaan dengan manajemen kurikulum yang akan dilaksanakan pada tingkat satuan pendidikan di sekolah, baik itu dilakukan oleh para guru, komite sekolah, kepala sekolah, dan pihak-pihak yang terkait dengan pengembangan kurikulum pada tingkat satuan pendidikan. Mudah-mudahan makalah ini dapat memberikan informasi dalam rangka menciptakan manajemen sekolah bermutu yang tentunya harus didasarkan pada manajemen kurikulum yang bermutu pula.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1.Pengertian Administrasi Kurikulum
a. Administrasi
    Kata “administrasi” berasal dari bahasa Latin yang terdiri atas kata ad dan ministrare. Kata ad mempunyai arti yang sama dengan kata to dalam bahasa Inggris, yang berarti “ke” atau “kepada”. Dan ministrare sama artinya dengan kata to serve atau to conduct yang berarti “melayani”, “membantu”, atau “mengarahkan”.
Administrasi terdiri dari dua pengertian, yaitu administrasi dalam arti sempit dan administrasi dalam arti luas.
    Administrasi dalam arti sempit yaitu kegiatan yang meliputi catat-mencatat, surat-menyurat, ketik-mengetik, dan lain-lain yang berhubungan dengan ketatausahaan.
    Sedangkan administrasi dalam arti luas adalah sebagai suatu kegiatan atau usaha untuk membantu, melayani, mengarahkan, atau mengatur semua kegiatan di dalam mencapai suatu tujuan.
    Menurut Dr.S.P.Siagian, administrasi adalah keseluruhan proses kerja sama antara dua orang atau lebih yang didasarkan atas rasionalitas  tertentu untuk mencapai suatu tujuan yang di tentukan sebelumnya.
    Jadi dapat disimpulkan bahwa administrasi adalah rangkaian kegiatan atau proses yang di lakukan oleh sekelompok orang yang berlangsung dalam suatu bentuk kerja sama di maksudkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah di tetapkan.
b. Kurikulum
    Secara etimologis, kurikulum berasal dari bahasa Yunani, yaitu curir yang artinya pelari, dan curare yang berarti tempat berpacu. Jadi istilah kurikulum berasal dari dunia olah raga pada zaman Romawi Kuno di Yunani, yang mengandung pengertian suatu jarak yang harus di tempuh oleh pelari dari garis srart sampai garis finish.
    Dalam bahasa Arab, kata kurikulum biasa di ungkapkan dengan manhaj yang berarti jalan yang terang yang dilalui oleh manusia pada berbagai bidang kehidupan manusia. Sedangkan kurikulum pendidikan (manhaj al-dirasah) dalam Qamus Tarbiyah adalah seperangkat perencanaan dan media yang dijadikan acuan oleh lembaga pendidikan dalam mewujudkan tujuan-tujuan pendidikan.
    Secara Terminologi, para ahli telah banyak mendefinisikan kurikulum diantaranya:
a.    Crow and crow mendefinisikan bahwa kurikulum adalah rancangan pengajaran atau sejumlah mata pelajaran yang disusun secara sistematis untuk menyelesaikan suatu program untuk memperoleh ijazah.
b.    M.Arifin memandang kurikulum sebagai seluruh bahan pelajaran yang harus disajikan dalam proses kependidikan dalam suatu sistem institusional pendidikan.
c.    Zakiah Daratjat memandang kurikulum sebagai suatu program yang direncanakan dalam bidang pendidikan dan dilaksanakan untuk mencapai sejumlah tujuan-tujuan pendidikan tertentu.
d.    Dr. Addamardasyi Sarhan dan Dr.Munir Kamil yang disitir oleh  Al-Syaibani, bahwa kurikulum adalah sejumlah pengalaman pendidikan, kebudayaan, social, olahraga, dan kesenian yang di sediakan oleh sekolah bagi murid-muridnya di dalam dan di luar sekolah dengan maksud menolong untuk berkembang menyeluruh dalam segala segi dan merubah tingkah laku mereka sesuai dengan tujuan-tujuan pendidikan. 
Jadi dapat di simpulkan kurikulum adalah sebagai sebuah dokumen perencanaan yang berisi tentang tujuan yang harus dicapai, isi materi dan pengalaman belajar yang harus dilakukan siswa, strategi dan cara yang dapat dikembangkan, evaluasi yang dirancang untuk mengumpulkan informasi tentang pencapaian tujuan, serta implementasi dari dokumen yang di rancang dalam bentuk nyata. Dengan demikian, pengembangan kurikulum meliputi penyusunan dokumen, implementasi dokumen serta evaluasi dokumen yang telah disusun.
 
c. Administrasi Kurikulum
    Administrasi kurikulum merupakan seluruh proses kegiatan yang direncanakan dan diusahakan secara sengaja dan bersungguh-sungguh serta pembinaan secara continue terhadap situasi belajar mengajar secara efektif dan efisien demi membantu tercapainya tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
    Pada tingkat sekolah apapun, yang menjadi tugas utama kepala sekolah ialah menjamin adanya program pengajaran yang baik bagi murid-murid. Karena pada dasarnya pengelolaan atau manajemen pendidikan fokus segala usahanya adalah terletak pada Praktek Belajar mengajar (PBM). Hal ini nampak jelas bahwa pada hakikatnya segala upaya dan kegiatan yang dilaksanakan didalam sekolah atau lembaga pendidikan senantiasa diarahkan pada suksesnya PBM.
2.2.Fungsi Administrasi Kurikulum
    Dalam proses pendidikan perlu dilaksanakan administrasi kurikulum agar  perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi kurikulum berjalan lebih efektif, efisien, dan optimal dalam memberdayakan berbagai sumber belajar, pengalaman belajar, maupun komponen kurikulum. Ada beberapa fungsi dari administrasi kurikulum di antaranya sebagai berikut:
1.    Meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber daya kurikulum, pemberdayaan sumber maupun komponen kurikulum dapat ditingkatkan melalui pengelolaan yang terencana dan efektif.
2.    Meningkatkan keadilan (equity) dan kesempatan pada siswa untuk mencapai hasil yang maksimal, kemampuan yang maksimal dapat dicapai peserta didik tidak hanya melalui kegiatan intrakurikuler, tetapi juga perlu melalui kegiatan ekstrakurikuler yang di kelola secara integritas dalam mencapai tujuan kurikulum.
3.    Meningkatkan relevansi dan efektivitas pembelajaran sesuai dengan kebutuhan peserta didik maupun lingkungan sekitar peserta didik, kurikulum yang dikelola secara efektif dapat memberikan kesempatan dan hasil yang relevan dengan kebutuhan peserta didik maupun lingkungan sekitar.
4.    Meningkatkan efektivitas kinerja guru maupun aktivitas siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran, pengelolaan kurikulum yang profesional, efektif, dan terpadu dapat memberikan motivasi pada kinerja guru maupun aktivitas siswa dalam belajar.
5.    Meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses belajar mengajar, proses pembelajaran selalu dipantau dalam rangka melihat konsistensi antara desain yang telah direncanakan  dengan pelaksanaan pembelajaran. Dengan demikian, ketidaksesuaian antara desain dengan implementasi dapat dihindarkan. Di samping itu, guru maupun siswa selalu termotivasi untuk melaksanakan pembalajaran yang efektifdan efisien karena adanya dukungan kondisi positif yang diciptakan dalam kegiatan pengelolaan kurikulum.
6.    Meningkatkan partisipasi masyarakat untuk membantu mengembangkan kurikulum, kurikulum yang di kelola secara professional akan melibatkan masyarakat, khususnya dalam mengisi bahan ajar atau sumber belajar perlu di sesuaikan dengan cirri khas dan kebutuhan pembangunan daerah setempat. 
2.3.Komponen Kurikulum
Mengingat bahwa fungsi kurikulum dalam proses pendidikan adalah sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan, maka hal ini berarti bahwa sebagai alat pendidikan, kurikulum memiliki bagian-bagian penting dan penunjang yang dapat mendukung operasinya dengan baik. Bagian-bagian ini disebut komponen yang saling berkaitan , berinteraksi dalam upaya mencapai tujuan.
Menurut Hasan Langgulung ada 4 komponen utama kurikulum yaiti:
a.    Tujuan-tujuan yang ingin dicapai oleh pendidikan itu. Dengan lebih tegas lagi orang yang bagaimana yang ingin kita bentuk dengan kurikulum tersebut.
b.    Pengetahuan (knowledge), informasi-informasi, data-data, aktifitas-aktifitas dan pengalaman-pengalaman dari mana terbentuk kurikulum itu. Bagian inilah yang disebut mata pelajaran.
c.    Metode dan cara-cara mengajar yang di pakai oleh guru-guru untuk mengajar dan memotivasi murid untuk membawa mereka kea rah yang dikahendaki oleh kurikulum.
d.    Metode dan cara penilaian yang dipergunakan dalam mengukur dan menilai kurikulum dan hasil proses pendidikan yang direncanakan kurikulum tersebut.

2.4.Kegiatan-kegiatan Administrasi atau Manajemen Kurikulum
    Kegiatan manajemen dititikberatkan pada usaha-usaha pembinaan situasi belajar-mengajar di sekolah agar selalu terjamin kelancarannya.
Kegiatan manajemen kurikulum yang terpenting disini dapat disebutkan dua hal yaitu:
a.    Kegiatan yang amat erat kaitannya dengan tugas guru
b.    Kegiatan yang erat kaitannya dengan proses belajar mengajar
a.Kegiatan yang berhubungan dengan tugas guru
    kegiatan ini meliputi:
    Pembagian tugas mengajar
    Pembagian tugas/tanggung jawab dalam membina ekstrakulikuler
    Koordinasi penyusunan persiapan mengajar
b.Kegiatan yang berhubungan dengan proses pelaksanaan belajar-mengajar
    kegiatan ini meliputi:
    Penyusunan jadwal pelajaran
    Penyusunan program (rencana) berdasar satuan waktu tertentu (catur wulan, semesteran, tahunan)
    Pengisian daftar kemajuan murid
    Penyelenggaraan evaluasi hasil belajar
    Laporan hasil evaluasi
    Kegiatan bimbingan penyuluhan
2.5.Pelaksanaan Kurikulum
    Sebagai salah satu batasan pengertian yang di maksud dengan pelaksanaan kurikulum adalah pelaksanaan mengajar mengajar di kelas merupakan inti dari kegiatan pendidikan di sekolah. Dalam pelaksanaan mengajar di kelas, guru menyempatkan perhatian hanya pada interaksi proses belajar mengajar. Namun demikian, fisik, ruangan dan aktivitas kelas tidak luput dari perhatiannya, justru sudah di mulai semenjak memasuki ruangan belajar. Oleh karena itu, selama guru berada dalam kelas terbagi menjadi tiga tahap yaitu, tahap persiapan, pelaksanaan pelajaran, dan tahap penutupan.
1)    Persiapan
Yang dimaksud dengan tahap persiapan adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru sebelum memulai mengajar, yang di kerjakan antara lain:
a.    Mengucapkan “Selamat pagi” dan meletakkan alat-alat mengajar di meja
b.    Memperhatikan kondisi di sekeliling kelas apakah ada kondisi yang mengganggu prose belajar-mengajar, misalnya jendela belum di buka, papan tulis yang belum di bersihkan, terdapat gambar miring, kapur tulis berantakan dan lain sebagainya.
c.    Melakukan absensi
d.    Memeriksa apakah siswa sudah siap dengan catatan dan sudah tidak ada lagi barang-barang atau buku lain yang di pegang siswa.
2)    Pelaksanaan Pelajaran
Yang di maksud dengan pelaksanaan pelajaran adalah kegiatan mengajar sesungguhnya yang dilakukan oleh gurudan sudah ada interaksi langsung dengan siswa mengenai pokok bahasan yang diajarkan. Pelaksanaan pelajaran terbagi menjadi tiga tahapan kegiatan yaitu:
a.    Pendahuluan: yaitu mulai mengajar dengan mengarahkan perhatian untuk masuk ke pokok bahasan, misalnya dengan memberikan apersepsi atau mengajukan pertanyaan yang harus dijawab siswa atau menyuruh siswa untuk bercerita tentang bahan yang akan di terangkan dan lain sebagainya.
b.    Pelajaran inti adalah interaksi belajar mengajar yang terjadi di mana selama guru dan siswa membahas pokok bahasan yang menjadi acara pada jam itu.
c.    Evaluasi yaitu kegiatan yang dilakukan oleh guru setelah selesai pembahasan pelajaran inti. Penutupan ini dapat dilakukan dengan: membuat ringkasan, mengajukan pertanyaan, memberikan evaluasi formatif, memberikan tugas rumah dan sebagainya.
3)    Penutupan
Yang di maksud dengan penutupan adalah kegiatan yang terjadi di kelas setelah guru selesai melaksanakan tugas mengajarkan materi yang manjadi tanggung jawabnya untuk pertemuan itu. Penutupan pelajaran dilakukan dengan menghapus papan tulis, pesan dan kesan, ucapan “selamat pulang” dan lain sebagainya.
    Kegiatan manajemen kurikulum yang dilaksanakan oleh guru pada waktu pelaksanaan pelajaran ada dua yaitu: a) mengisi buku kelas atau buku kemajuan kelas dan b) mencatat kesulitan siswa yang disebut buku bimbingan belajar.
a.    Pengisian Buku Kemajuan Siswa
Buku kemajuan siswa atau sering juga disebut buku kelas adalah buku yang digunakan untuk mencatat kemajuan pelaksanaan pelajaran. Buku ini bisa diletakkan dimeja guru dan diisi oleh guru atau siapa yang di tunjuk tentang hal-hal yang berhubungan dengan pelaksanaan pelajaran.
b.    Pengisian Buku Bimbingan Belajar
Buku bimbingan belajar ini diisi oleh guru pada waktu sedang mengajar, yang di catat adalah hal-hal mengenai kesulitan perseorangan atau kelompok maupun klasikal serta pemecahan yang telah dicobakan. Catatan ini penting sekali untuk memperbaiki cara mengajar untuk masa yang akan datang apalagi untuk kasus yang serupa.
Sebagus apupun desain atau rancangan kurikulum yang dimiliki keberhasilannya sangat tergantung pada guru. Kurikulum yang sederhanapun apabila gurunya memiliki kemampuan, semangat dan dedikasi yang tunggi  hasil nya akan lebih baik dari desain kurikulum yang hebat tetapi kemampuan, semangat dan dedikasi gurunya rendah.
Sukmadinata (2007:219) menegaskan beberapa hal yang harus dimiliki oleh setiap guru  dalam pelaksanaan kurikulum antara lain:
1.    Pemahaman esensi dari tujuan-tujuan yang ingin dicapai dalam kurikulum
2.    Kemampuan untuk menjabarkan tujuan-tujuan kurikulum tersebut menjadi tujuan-tujuan yang lebih spesifik, dan
3.    Kemampuan untuk menterjemahkan tujuan-tujuan khusus kepada kegiatan pembelajaran
Di samping itu, menurut Asnawir (2004:224) seorang guru juga harus memiliki sepuluh kompetensi dalam mengajar, yaitu:
1.    Menguasai bahan
2.    Mengelola program belajar-mengajar
3.    Mengelola kelas
4.    Menggunakan media atau sumber belajar
5.    Menguasai landasan pendidikan
6.    Mengelole interaksi belajar-mengajar
7.    Menilai prestasi belajar mengajar
8.    Mengenal fungsi dan layanan bimbingan dan konseling
9.    Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah
10.    Memahami dan menafsirkan hasil penelitian guna keperluan  pengajaran
Dengan demikian para guru harus mampu menguasai materi pelajaran, pengetahuan cara mengajar dan pengetahuan tentang tingkah laku individu. Selain itu guru harus mampu menghargai profesinya serta harus terampil dalam berprilaku.
 2.6.Landasan Perencanaan Kurikukum
    Perencanaan kurikulum pendidikan harus mengasimilasi dan mengorganisasi informasi dan data secara intensif yang berhubungan dengan pengembangan program lembaga atau sekolah. Informasi dan data yang menjadi area utama adalah sebagai berikut.
a)    Kekuatan Sosial
Perubahan sistem pendidikan di Indonesia sangatlah dinamis. Pendidikan kita menggunakan sistem terbuka sehingga harus selalu menyesuaikan dengan perubahan dan dinamika social yang terjadi di masyarakat, baik itu sistem politik, ekonomi, social, dan kebudayaan. Proses pendidikan merupakan sebuah perjalanan sejarah di dalam suatu Negara yang selalu menerapkan mekanisme adaptasi  untuk perubahan ke arah yang lebih baik. Kekuatan yang lain pada satuan pendidikan dan perencanaan kurikulum adalah perubahan nilai struktur dari masyarakat itu sendiri.
b)    Perlakuan Pengetahuan
Perencana dan pengembangan kurikulum, umumnya bereaksi terhadap keberadaan data dan informasi yang berhubungan dengan pembelajaran. Di sekolah tradisional biasanya struktur informasi lebih dari informasi itu sendiri. Pertimbangan lainnya untuk perencana kurikulum yang berhubungan dengan perlakuan pengetahuan adalah di mana individu belajar aktif untuk mengumpulkan dan mengolah informasi, mencari fakta dan data, berusaha belajar tentang sikap, emosi, perasaan terhadap pembelajaran, proses informasi, memanipulasi, menyimpan, dan mengambil kembali informasi tersebut untuk di kembangkan dan digunakan dalam kegiatan merancang kurikulum yang di sesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan.
c)    Pertumbuhan dan Perkembangan Manusia
Landasan ketiga dalam perencanaan kurikulum adalah informasi yang berhubungan dengan perkembangan manusia. Data-data ini penting seperti kegiatan sekolah yang selalu menyediakan untuk pengembangan program sekolah baru, lebih awal anak belajar  pendidikan khusus, pendidikan alternative, dan pendidikan akselerasi. Umumnya penting untuk dipahami tentang pola-pola dari pertumbuhan dan perkembangan karena para guru di tuntut untuk merencanakan kurikulum atau program pembelajaran yang berkenaan dengan kebutuhan dan perkembangan siswa. Kontribusi untuk memahami perkembangan manusia telah menyeluruh di dunia ini sebagai informasi tentang perkembangan manusia yang diakumulasikan ke sekolah. Pemikiran ini timbul sebagai usaha untuk mengorganisasi informasi dan data. Interpretasi tentang pengetahuan perkembangan dasar manusia untuk membedakan  dalam teori pembelajaran yang di kemukakan oleh perencana kurikulum.
2.7.Tugas dan Peran Kepala Sekolah dalam Administrasi Kurikulum   
    Tugas dan peran kepala sekolah yang berkenaan dengan administrasi kurikulum di antaranya sebagai berikut:
    Menyusun perencanaan sekolah/madrasah untuk berbagai tingkatan perencanaan
    Mengembangkan organisasi sekolah/madrasah sesuai dengan kebutuhan
    Memimpin sekolah/madrasah dalam rangka pendayagunaan sumber daya sekolah/ madrasah secara optimal
    Mengelola perubahan dan pengembangan sekolah/madrasah menuju organisasi pembelajar yang efektif
    Menciptakan budaya dan iklim sekolah/madrasah yang kondusif dan inovatif bagi pembelajaran peserta didik
    Mengelola guru dan staf dalam rangka pendayagunaan sumber daya manusia secara optimal
    Mengelola sarana dan prasarana sekolah/madrasah dalam rangka pendayagunaan secara optimal
    Mengelola hubungan sekolah/madrasah dan masyarakat dalam rangka pendirian dukungan ide, sumber belajar, dan pembinaan sekolah/madrasah
    Mengelola peserta didik dalam rangka penerimaan peserta didik baru serta penempatan dan pengembangan kapasitas peserta didik
    Mengelola pengembangan kurikulum dan kegiatan pembelajaran sesuai dengan arah dan tujuan pendidikan nasional
    Mengelola keuangan sekolah/madrasah sesuai dengan prinsip pengelolaan yang akuntabel, transparan, dan efisien
    Mengelola ketatausahaan sekolah/madrasah dalam mendukung pencapaian tujuan sekolah/madrasah
    Mengelola unit layanan khusus sekolah/madrasah dalam mendukung kegiatan pembelajaran dan kegiatan peserta didik di sekolah/madrasah
    Mengelola sistem informasi sekolah/madrasah dalam mendukung penyusunan program dan pengambilan keputusan
    Memanfaatkan kemajuan teknologi informasi bagi kepentingan pembelajaran dan manajemen sekolah/madrasah
    Melakukan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan program kegiatan sekolah/madrasah dengan prosedur yang tepat, serta merencanakan tindak lanjut.








BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
    Jika merujuk pada pengertian administrasi secara sederhana sebagai kegiatan mengarahkan, maka istilah administrasi kurikulum menekankan pada upaya bagaimana mengarahkan kurikulum sehingga kurikulum dapat dilaksanakan secara tepat dalam berbagai kegiatan pendidikan. Seperti di ketahui, kurikulum mengandung rencana kegiatan yang akan dilakukan selama proses belajar mengajar. Kurikulum seharusnya tidak hanya berfungsi sebagai panduan, tetapi kurikulum juga sebagai instrument dalam meramalkan keadaan masa datang. Dengan demikian, kurikulum memiliki peran sentral dalam mengarahkan capaian tujuan dan sasaran pendidikan.
    Jadi kegiatan dalam administrasi kurikulum adalah berbagai kegiatan yang bertujuan untuk melaksanakan dan mengembangkan kurikulum sehingga kurikulum dapat dijadikan sebagai instrument dalam mencapai tujuan dan sasaran pendidikan. Dengan menerapkan prinsip-prinsip administrasi, kurikulum kemudian di kembangkan, sehingga dalam pelaksanaannya kurikulum dapat mencapai sasaran pendidikan yang di harapkan. Setidaknya, kegiatan administrasi kurikulum menghendaki agar rumusan kurikulum benar-benar terencana dengan baik, sehingga dalam pelaksanaannya dapat berjalan dengan baik pula.
3.2.Saran
Penulis menyadari akan kekurangan makalah ini, oleh sebab itu diharapkan kepada pembaca untuk dapat memberi kritik dan saran yang konstruktif dalam rangka penyempurnaan makalah ini. Akhirnya, kepada Allah jualah penulis menyerahkan diri serta memohon taufik dan hidayah-Nya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.




DAFTAR PUSTAKA

Drs.M.Ngalim Purwanto,Mp, 1987, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Prof.Dr.H Ramayulis, 2008, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta:Kalam Mulia

Prof.Dr.H.Wina Sanjaya,M.Pd, 2010, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta:Kencana

Dr.Rusman,M.Pd., 2009, Manajemen Kurikulum, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Drs.B.Suryosubroto, 2004, Manajemen  Pendidikan di Sekolah, Jakarta:Rineka Cipta

Prof.Dr.Suharsimi Arikunto, 2008, Manajemen Pendidikan, Yogyakarta: Aditya Media,2008


 

   


MAKALAH URGENSI PEMAHAMAN TERHADAP PESERTA DIDIK

BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang   
Pendidikan adalah sebuah proses yang tak berkesudahan yang sangat menentukan karakter bangsa pada masa kini dan masa datang, tergantung pada kualitas pendidikan bangsa tersebut. Sebagai seorang pendidik, juga perlu memahami perkembangan peserta didik. Perkembangan peserta didik tersebut meliputi: perkembangan fisik, perkembangan sosioemosional, dan bermuara pada perkembangan intelektual. Perkembangan fisik dan perkembangan sosio sosial mempunyai kontribusi yang kuat terhadap perkembangan intelektual atau perkembangan mental atau perkembangan kognitif peserta didik.
Memahami peserta didik, merupakan sikap yang harus dimiliki dan dilakukan pendidik, agar pendidik dapat mengetahui aspirasi atau tuntutan peserta didik yang bisa dijadikan    bahan  pertimbangan dalam penyusunan program yang tepat bagi peserta didik, sehingga kegiatan pembelajaran pun akan dapat memenuhi kebutuhan, minat mereka dan tepat berdasarkan dengan perkembangan mereka.
Beberapa dasar pertimbangan perlunya ” memahami peserta didik ” sebagai berikut:  1).Dasar pertimbangan psikologis, bahwa suatu kegiatan akan menarik dan berhasil apabila sesuai dengan minat, bakat, kemampuan, keinginan, dan tuntutan peserta didik.
         2).Dasar pertimbangan sosiologi, bahwa secara naluri manusia akan merasa ikut serta memiliki dan aktif mengikuti kegiatan yang ada.

    B.Tujuan

        Tujuan penulis membuat makalah ini adalah agar pendidik dapat memahami proses perkembangan peserta didik dan pendidik dapat memahami peserta didik dari berbagai segi, serta pendidik dapat menggunakan metode belajar yang tepat bagi peserta didik.




BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Peserta  Didik
Dalam perspektif pedagogis, peserta didik  diartikan sebagai sejenis makhluk “homo educantum”, makhluk yang menghajatkan pendidikan. Dalam pengertian ini, peserta didik dipandang sebagai manusia yang memiliki potensi yang bersifat laten, sehingga dibutuhkan binaan dan bimbingan untuk mengaktualisasikannya, agar ia dapat menjadi manusia susila yang cakap.
Dalam perspektif  psikologis, peserta didik adalah individu yang sedang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan, baik fisik maupun psikis menurut fitrahnya masing-masing. Sebagai individu yang tengah tumbuh dan berkembang, peserta didik memerlukan bimbingan dan pengarahan yang konsisten menuju ke arah titik optimal kemampuan fitrahnya.
Dalam perspektif  Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 4, “peserta didik diartikan sebagai anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya melalui proses pe    ndidikan pada jalur jenjang dan jenis pendidikan tertentu.”
Berdasarkan beberapa definisi tentang peserta didik yang disebutkan di atas, dapat disimpulkan bahwa peserta didik individu yang memiliki sejumlah karakteristik, diantaranya:
1).Peserta didik adalah individu yang memiliki potensi fisik dan psikis yang khas, sehingga ia merupakan insan yang unik.
2).Peserta didik adalah individu yang sedang berkembang. Artinya peserta didik tengah mengalami perubahan-perubahan dalam dirinya secara wajar, baik yang ditujukan kepada diri sendiri maupun yang diarahkan pada penyesuaian terhadap lingkungannya.
3).Peserta didik adalah individu yang membutuhkan bimbingan individual dan perlakuan manusiawi.
4).Peserta didik adalah individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri.
2.2. Kebutuhan Peserta Didik
Tingkah laku individu merupakan perwujudan dari dorongan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Kebutuhan-kebutuhan ini merupakan inti kodrat manusia. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa kegiatan sekolah pada prinsipnya juga merupakan manifestasi pemenuhan kebutuhan-kebutuhan individu tersebut. Oleh sebab itu, seorang guru perlu mengenal dan memahami tingkat kebutuhan peserta didiknya, sehingga dapat membantu dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka melalui berbagai aktivitas kependidikan, termasuk aktivitas pembelajaran. Di samping itu, dengan mengenal kebutuhan-kebutuhan peserta didik, guru dapat memberikan pelajaran  setepat mungkin, sesuai dengan kebutuhan peserta didiknya.
Berikut ini disebutkan beberapa kebutuhan peserta didik yang perlu mendapat perhatian dari guru, di antaranya:
1).Kebutuhan Jasmaniah
Sesuai dengan teori kebutuhan menurut Maslow, kebutuhan jasmaniah merupakan kebutuhan dasar setiap manusia yang bersifat instinktif dan tidak dipengaruhi oleh lingkungan dan pendidikan. Kebutuhan-kebutuhan jasmaniah peserta didik yang perlu mendapat perhatian dari guru di sekolah antara lain: makan, minum, pakaian, oksigen, istirahat, kesehatan jasmani, gerak-gerak jasmani, serta terhindar dari berbagai ancaman. Apabila kebutuhan jasmaniah ini tidak terpenuhi, di samping mempengaruhi pembentukan pribadi dan perkembangn psikososial peserta didik, juga akan sangat berpengaruh terhadap proses belajar mengajar di sekolah.
Untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan jasmaniah peserta didik ini, sekolah melakukan upaya-upaya seperti:
    Memberikan pemahaman terhadap peserta didik tentang pentingnya pola hidup sehat dan teratur.
    Menanamkan kesadaran kepada peserta didik untuk mengonsumsi makanan-makanan yang mengandung gizi dan vitamin tinggi
    Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk beristirahat
    Memberikan pendidikan jasmani dan latihan-latihan fisik seperti olahraga.
    Menyediakan berbagai sarana di lingkungan sekolah yang memungkinkan peserta didik dapat bergerak bebas, bermain, berolahraga, dan sebagainya
    Merancang bangunan sekolah sedemikian rupa dengan memperhatikan pencahayaan, sirkulasi udara, suhu, dan  sebagainya, yang memungkinkan peserta didik dapat belajar dengan nyaman
    Mengatur tempat duduk peserta didik di dalam kelas sesuai dengan kondisi fisik mereka masing-masing.
2).Kebutuhan akan Rasa Aman
Rasa aman merupakan suatu kebutuhan yang sangat penting bagi kehidupan peserta didik, terutama rasa aman di dalam kelas dan sekolah. Setiap siswa yang datang ke sekolah sangat mendambakan suasana sekolah atau kelas yang aman, nyaman, dan teratur, serta terhindar dari kebisingan dan berbagai situasi yang mengancam. Hilangnya rasa aman di kalangan peserta didik juga dapat menyebabkan rusaknya hubungan interpersonalnya dengan orang lain, membangkitkan rasa benci terhadap orang-orang yang menjadi penyebab hilangnya rasa aman dalam dirinya. Lebih dari itu, perasaan tidak aman juga akan mempengaruhi motivasi belajar siswa di sekolah.
3).Kebutuhan akan Kasih Sayang
Semua peserta didik sangat membutuhkan kasih sayang, baik dari orangtua, guru, teman-teman sekolah, dan dari orang-orang yang berada di sekitarnya. Peserta didik yang mendapatkan kasih saying akan senang, betah, dan bahagia berada di dalam kelas, serta memiliki motivasi untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Sebaliknya, peserta didik yang merasa kurang mendapatkan kasih sayang akan merasa terisolasi, rendah diri, merasa tidak nyaman, sedih, gelisah, bahkan mungkin akan mengalami kesulitan belajar, serta memicu munculnya tingkah laku maladaptif. Kondisi demikian pada gilirannya akan melemahkan motivasi belajar mereka.
4).Kebutuhan akan Penghargaan
Kebutuhan akan penghargaan terlihat dari kecenderungan peserta didik untuk diakui dan diperlakukan sebagai orang yang berharga diri. Mereka ingin memiliki sesuatu, ingin dikenal dan ingin diakui keberadaaannya di tengah-tengah orang lain. Mereka yang dihargai akan merasa bangga dengan dirinya dan gembira, pandangan dan sikap mereka terhadap dirinya dan orang lain akan positif. Sebaliknya, apabila peserta didik merasa diremehkan, kurang diperhatikan, atau  kurang mendapat tanggapan yang positif atas sesuatu yang dikerjakannya, maka sikapnya terhadap dirinya dan lingkungannya menjadi negatif.
Oleh sebab itu, untuk menumbuhkan rasa berharga di kalangan peserta didik, guru dituntut untuk:
    Menghargai anak sebagai pribadi yang utuh
    Menghargai pendapat dan pilihan siswa
    Menerima kondisi siswa apa adanya serta menempatkan mereka dalam kelompok secara tepat berdasarkan pilihan masing-masing, tanpa adanya paksaan dari guru.
    Dalam proses pembelajaran, guru harus menunjukkan kemampuan secara maksimal dan penuh percaya diri di hadapan peserta didiknya
    Secara terus-menerus guru harus mengembangkan konsep diri siswa yang positif, menyadarkan siswa akan kelebihan dan kekurangan yang dimiliknya
    Memberikan penilaian terhadap siswa secara objektif berdasarkan pertimbangan kuantitatif dan kualitatif. Artinya, guru harus mampu menilai perkembangan diri peserta didik secara menyeluruh dan bersifat psikologis, tidak semata-mata bersifat matematis
5).Kebutuhan akan Rasa Bebas
Peserta didik juga memiliki kebutuhan untuk merasa bebas, terhindar dari kungkungan-kungkungan dan ikatan-ikatan tertentu. Peserta didik yang merasa tidak bebas mengungkapkan apa yang terasa dalam hatinya atau tidak bebas melakukan apa yang diinginkannya, akan mengalami frustasi, merasa tertekan, konflik dan sebagainya. Oleh sebab itu, guru harus memberikan kebebasan kepada peserta didik dalam batas-batas kewajaran dan tidak membahayakan. Mereka harus diberi kesempatan dan bantuan secara memadai untuk mendapatkan kebebasan.
6).Kebutuhan akan Rasa Sukses
Peserta didik menginginkan agar setiap usaha yang dilakukannya di sekolah, terutama dalam bidang akademis berhasil dengan baik. Peserta didik akan merasa senang dan puas apabila pekerjaan yang dilakukannya berhasil, dan merasa kecewa apabila tidak berhasil. Ini menunjukkan bahwa rasa sukses merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi peserta didik. Untuk itu, guru harus mendorong peserta didiknya untuk mencapai keberhasilan dan prestasi yang tinggi, serta memberikan penghargaan atas prestasi yang dicapai, betapapun kecilnya, baik berupa ungkapan verbal maupun melalui ungkapan non-verbal.
Penghargaan yang tulus dari seorang guru akan menumbuhkan perasaan sukses dalam diri siswa, serta dapat mengembangkan sikap dan motivasi yang tinggi untuk terus berjuang mencapai kesuksesan. Kalaupun terdapat peserta didik yang gagal tetap perlu diberi penghargaan atas segala kemauan, semangat, dan keberaniannya dalam melakukan suatu aktivitas. Guru harus menghindari komentar-komentar ynag bernada negative atau menampakkan sikap tidak puas terhadap mereka yang gagal. Komentar-komentar negatif atau sikap tidak puas guru akan membuat peserta didik kehilangan kepercayaan diri, merasa tidak berharga dan putus asa.
7).Kebutuhan akan Agama
Sejak lahir, manusia telah membutuhkan agama. Yang dimaksud agama dalam kehidupan adalah iman yang diyakini oleh pikiran, diresapkan oleh perasaan dan dilaksanakan dalam tindakan, perbuatan, perkataan dan sikap.
Kebutuhan peserta didik khususnya yang beranjak remaja kadang-kadang tidak dapat dipenuhi apabila telah berhadapan dengan agama, nilai-nilai sosial dan adat kebiasaan, terutama apabila pertumbuhan sosialnya telah matang, yang seringkali menguasai pikirannya. Pertentangan tersebut semakin mempertajam keadaan bila remaja tersebut berhadapan dengan berbagai situasi, misalnya film di televisi maupun di layar lebar yang menayangkan adegan-adegan tidak sopan, mode pakaian yang seronok, buku-buku bacaan serta Koran yang sering menyajikan gambar yang tidak mengindahkan kaidah-kaidah moral dan agama. Semuanya itu menyebabkan kebingungan bagi remaja yang tidak mempunyai dasar keagamaan dan keimanan. Oleh sebab itu, sangat penting dilaksanakan penanaman nilai-nilai moral dan agama serta nilai-nilai social dan akhlak kepada manusia khususnya bagi remaja sejak usia dini.
Remaja dalam perkembangannya akan menemui banyak hal yang dilarang oleh ajaran agama yang dianutnya. Hal ini akan menjadikan pertentangan antara pengetahuan dan keyakinan yang diperoleh dengan praktek masyarakat di lingkungannya. Oleh sebab itu pada situasi yang demikian ini peranan orangtua, guru maupun ulama sangat diperlukan.
2.3. Karakteristik Perkembangan Peserta Didik Usia Remaja
    Masa remaja (12-21 tahun) merupakan masa peralihan antara masa kehidupan anak-anak dan masa kehidupan orang yang dewasa. Masa remaja sering dikenal denga masa pencarian jati diri (ego identity). Masa remaja ditandai dengan sejumlah karakteristik penting, yaitu:
    Mencapai hubungan yang matang dengan teman sebaya
    Dapat menerima dan belajar peran sosial sebagi pria atau wanita dewasa yang menjunjung tinggi oleh masyarakat
    Menerima keadaan fisik dan mampu menggunakannya secara efektif
    Mencapai kemandirian emosional dari orangtua dan orang dewasa lainnya
    Memilih dan mempersiapkan karier di masa depan sesuai dengan minat dan kemampuannya
    Mengembangkan sikap positif terhadap pernikahan, hidup berkeluarga dan memiliki anak
    Mengembangkan keterampilan intelektual dan konsep-konsep yang diperlukan sebagi warga Negara
    Mencapai tingkah laku yang bertanggung jawab secara social
    Memperoleh seperangkat nilai dan sistem etika sebagai pedoman dalam bertingkah laku
    Mengembangkan wawasan keagamaan dan meningkatkan religiusitas
Berbagai karakteristik perkembangan masa remaja tersebut menuntut adanya pelayanan pendidikan yang mampu memenuhi kebutuhannya. Hal ini dapat dilakukan guru, di antaranya:
    Memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang kesehatan reproduksi, bahaya penyimpangan seksual dan penyalahgunaan narkotika
    Membantu siswa mengembangkan sikap apresiatif terhadap postur tubuh atau kondidi dirinya
    Menyediakan fasilitas yang memungkinkan siwa mengembangkan keterampilan yang sesuai dengan minat dan bakatnya, seperti sarana olahraga, kesenian, dan sebagainya
    Memberikan pelatihan untuk mengembangkan keterampilan memecahkan masalah dan mengambil keputusan
    Melatih siswa mengembangkan resiliensi, kemampuan bertahan dalam kondisi sulit dan penuh godaan
    Menerapkan model pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk berpikir kritis, reflektif, dan positif
    Membantu siswa mengembangkan etos kerja yang tinggi dan sikap wiraswasta
    Memupuk semangat keberagaman siswa melalui pembelajaran agama terbuka dan lebih toleran
    Menjalin hubungan yang harmonis dengan siswa, dan bersedia mendengarkan segala keluhan dan problem yang dihadapinya.
2.4.Perkembangan Peserta Didik
    1).Perkembangan Fisik
Perkembangan fisik peserta didik meliputi pertumbuhan tinggi dan berat badan. Perubahan proporsi atau perbandingan antar bagian tubuh yang membentuk postur tubuh, pertumbuhan tulang, gigi, otot, dan lemak. Pertumbuhan dan perkembangan fisik anak menentukan ketrampilan anak bergerak. Pertumbuhan dan perkembangan mempengaruhi cara memandang dirinya sendiri dan orang lain, yang berdampak dalam melakukan penyesuaian dengan dirinya dan orang lain.
2).Perkembangan Intelek
Perkembangan Intelek sangat erat dengan perkembangan kognitif. Pengertian kognitif meliputi aspek struktur intelek yang dipergunakan untuk mengetahui sesuatu, dan dalamnya terdapat aspek: persepsi, ingatan, pikiran, simbol, penalaran, dan pemecahan persoalan. Perkembangan kognitif merupakan proses dan hasil individu dengan lingkungannya.
3).Perkembangan Afektif
Erikson melahirkan teori perkembangan afektif yang terdiri atas delapan tahap, di antaranya:
a). Trust vs Mistnis/Kepercayaan dasar (0,0 -1 tahun). Orang yang kebutuhannya terpenuhi waktu ia bangun, keresahannya segera terhapus, selalu dibuai dan diperlakukan sebaik-baiknya, diajak main dan bicara, akan turnbuh perasaannya bahwa dunia ini tempat yang aman dengan orang-orang di sekitarnya yang selalu bersedia menolong dan dapat dijadikan tempat ia menggantungkan nasibnya. Jika pemeliharaan terhadap bayi itu tidak menetap, tidak memadai sebagaimana mestinya, serta terkandung di dalarnnya sikap-sikap menolak, akan turnbuhlah pada bayi itu rasa takut serta ketidak-percayan yang mendasar terhadap dunia sekelilingnya dan terhadap orang-orang di sekitarnya. Perasaan ini akan terus terbawa pada tingkat-tingkat perkembangan.
b). Autonomy vs Shame and Doubt/Otonomi (1-3 tahun). Pada tahap ini Erikson melihat munculnya autonomy. Dimensi autonomy ini timbulnya karena adanya kemampuan motoris dan mental anak. Pada saat ini bukan hanya berjalan, tetapi juga memanjat, menutup-membuka menjatuhkan, menarik dan mendorong, memegang dan melepaskan. Anak sangat bangga dengan kemampuannya ini dan ia ingin melakukan banyak hal sendiri. Orang tua sebaiknya menyadari bahwa anak butuh melakukan sendiri hal-hal yang sesuai dengan kemampuannya menurut langkah dan waktunya sendiri. Anak kemudian akan mengembangkan perasannya bahwa ia dapat mengendalikan otot-ototnya, dorong-dorongannya, serta mengendalikan diri dan lingkungannya. Jika orang dewasa yang mengasuh dan membimbing anak tidak sabar dan selalu membantu mengerjakan segala sesuatu yang sesungguhnya dapat dikerjakannya sendiri oleh anak itu, maka akan tumbuh pada anak itu rasa; malu-malu dan ragu-ragu. Orang tua yang terlalu melindungi dan selalu mencela hasil pekerjaan anak-anak, berarti telah memupuk rasa malu dan ragu yang berlebihan sehingga anak tidak dapat mengendalikan dunia dan dirinya sendiri, Jika anak, meninggalkan masa perkembangan ini dengan autonomi yang lebih kecil daripada rasa malu dan ragu, ia akar mengalami kesulitan untuk memperoleh autonomi pada masa remaja dan masa dewasanya. Sebaliknya anak yang dapat melalui masa ini dengan adanya keseimbangan serta dapat mengatasi rasa malu dan ragu dengan rasa outonomus, maka ia sudah siap menghadapi siklus-siklus kehidupan berikutnya. Namun demikian keseimbangan yang diperoleh pada masa ini dapat berubah ke arah positif maupun negatif oleh peristiwa-peristiwa di masa selanjutnya.
c). Initiatives vs Guilt/Inisiatif (3-5 tahun). Pada masa ini anak sudah menguasai badan dan geraknya. la dapat mengendarai sepeda roda tiga, dapat lari, memukul, memotong. Inisiatif anak akan lebih terdorong dan terpupuk bila orang tua memberi respons yang baik terhadap keinginan anak untuk bebas dalam melakukan kegiatan-kegiatan motoris sendiri. Hal yang sama terjadi pada kemampuan anak untuk menggunakan bahasa dan kegiatan fantasi.
d). Industry vs litferioriry/Produktivitas (6–11 tahun). Anak mulai mampu berpikir deduktif, bermain dan belajar menurut peraturan yang ada. Dimensi psikososial yang rnuncul pada masa ini adalah: sense of industry, sense of inferiority. Anak didorong untuk membuat, melakukan dan mengerjakan dengan benda-benda yang praktis. dan mengerjakannya sampai selesai sehingga menghasilkan sesuatu. Berdasarkan hasilnya mereka dihargai dan di mana perlu diberi hadiah. Dengan demikian rasa atau sifat ingin menghasilkan sesuatu dapat dikembangkan. Pada usia sekolah dasar ini dunia anak bukan hanya lingkungan rumah saja melainkan mencakup juga lembaga-lembaga lain yang mempunyai peranan penting dalam perkembangan individu. Pengalaman-pengalaman sekolah anak mempengaruhi industry dan inferiority anak. Anak dengan IQ 80 atau 90 akan mempunyai pengalaman sekolah yang kurang memuaskan walaupun sifat indusry dipupuk dan dikembangkan di rumah. Ini dapat menimbulkan rasa inferiority (rasa tidak mampu). Keseimbangan industry dan inferiority bukan hanya bergantung kepada orang tuanya, tetapi dipengaruhi pula oleh orang-orang dewasa lain yang berhubungan dengan anak itu.
 e).Identity vs Role Confusion/Identitas (12–18 tahun). Pada saat ini anak sudah menuju kematangan fisik dan mental. la mempunyai perasaan-perasaan dan keinginan-keinginan baru sebagai akibat perubahan-perubahan tubuhnya. Pandangan dan pemikirannya tentang dunia sekelilingnya mengalami perkembangan. la mulai dapat berpikir tentang pikiran orang lain. Ia berpikir apa yang dipikirkan orang lain tentang dirinya. Ia mulai mengerti tentang keluarga yang ideal, agama, dan masyarakat, yang dapat diperbandingkannya dengan apa yang dialaminya sendiri. Menurut Erikson, pada tahap ini dimensi interpersonal yang muncul adalah: ego identity -4 •–>• role confusion. Pada masa ini siswa harus dapat ‘mengintegrasikan apa yang telah dialami dan dipelajarinya tentang dirinya sebagai anak, siswa, teman, anggota pramuka, dan lain sebagainya menjadi suatu kesatuan sehingga menunjukkan kontinuitas dengan masa lalu dan siap menghadapi masa datang. Peran orang tua yang pada masa lalu berpengaruh secara langsung pada krisis perkembangan, maka pada masa ini pengaruhnya tidak langsung. Jika anak mencapi masa remaja dengan rasa terima kasih kepada orang tua, dengan penuh kepercayaan, mempunyai autonomy, berinisiatif, memiliki sifat-sifat industry, maka kesempatannya kepada ego indentiti sudah berkembang.
  f).Intimacy vs Isolation/Keakraban (19– 25 tahun). Yang dimaksud dengan intimacy oleh Erikson selain hubungan antara suami istri adalah juga kemampuan untuk berbagai rasa dan memperhatikan orang lain. Pada tahap ini pun keberhasilan tidak bergantung secara langsung kepada orang tua. Jika intimacy ini tidak terdapat di antara sesama teman atau suami istri, menurut Erikson, akan terdapat apa yang disebut isolation, yakni kesendirian tanpa adanya orang lain untuk berbagai rasa dan saling memperhatikan.
      g).Generavity vs Self Absorption/Generasi Berikut (25– 45 tahun). Generativity berarti bahwa orang mulai memikirkan orang-orang lain di luar keluarganya sendiri, memikirkan generasi yang akan datang serta hakikat masyarakat dan dunia tempat generasi ini hidup. Generativily ini bukan hanya terdapat pada orang tua (ayah dan ibu), tetapi terdapat pula pada individu-individu yang secara aktif memikirkan kesejahteraan kaum muda serta berusaha membuat tempat bekerja yang lebih baik untuk mereka hidup. Orang yang tidak berhasil mencapai gererativity berarti ia berada dalam keadaan self absorption dengan hanya memusatkan perhatian kepada kebutuhan-kebutuhan dan kesenangan pribadinya saja.
 h).Integrity vs Despair/Integritas (45 tahun). Pada tahap ini usaha-usaha yang pokok pada individu sudah mendekati kelengkapan, dan merupakan masa-masa untuk menikmati pergaulan dengan cucu-cucu. Integrity timbul dari kemampupn individu untuk melihat kembali kehidupannya yang lalu dengan kepuasan. Sedangkan kebalikannya adalah despair, yaitu keadaan di mana individu yang menengok ke belakang dan meninjau kembali kehidupannya masa lalu sebagai rangkaian kegagalan dan kehilangan arah, serta disadarinya bahwa jika ia memulai lagi sudah terlambat.
      Sebagai rekapitulasi dapat dinyatakan bahwa penahapan perkembangan afektif manusia merupakan perpaduan dari tugas-tugas perkembangan dan tugas-tugas sosial. Perkembangan afektif suatu tahap dapat berpengaruh secara positif maupun negatif terhadap tahap berikutnya. Jika anak mencapai tahap ketiga yang bergaul dengan anak bukan hanya orang tuanya saja melainkan juga orang dewasa lainnya di sekolah, yaitu guru. Guru yang membimbing dan mengasuh peserta didiknya pada berbagai aspek tingkat kelas perlu memahami dan menyadari sikap, kebutuhan dan perkembangan mereka.
4). Perkembangan Minat
Pengertian Minat. Dapat diartikan bahwa minat adalah kekuatan yang mendorong anak untuk memperhatikan, merasa tertarik, dan cenderung senang terhadap suatu aktivitas sehingga mereka mau melakukan aktivitas tersebut dengan kemauannya sendiri.
Minat terdiri dari dua aspek, yaitu :
a). Aspek kognitif, berupa konsep positif terhadap suatu obyek dan berpusat pada manfaat dari obyek tersebut.
b). Aspek afektif, nampak pada rasa suka atau tidak senang dan kepuasan pribadi terhadap obyek tersebut.
 Faktor yang Mempengaruhi Minat pada anak
 1).Faktor personal, merupakan faktor-faktor yang ada pada diri anak itu (meliputi usia, jenis, kelamin, intelegensi, sikap, dan kebutuhan psikologi).
2). Faktor instusional, merupakan faktor-faktor di luar diri anak (melalui pengaruh orang tua, guru, dan teman sebaya).
5).Perkembangan Bahasa
a). Pola Perkembangan Bahasa. Bahasa merupakan media komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan pesan, pendapat, perasaan dengan menggunakan simbol-simbol yang disepakati bersama, kemudian kata dirangkai berdasarkan urutan membentuk kalimat yang bermakna dan mengikuti aturan atau tata bahasa yang berlaku dalam suatu komunitas atau masyarakat, bahasa dapat dibedakan menjadi 3, yaitu bahasa lisan, bahasa tulis, dan bahasa isyarat.
Keterampilan dalam berbahasa memiliki 4 aspek atau ruang lingkup, yaitu:
1). Keterampilan mendengarkan meliputi kemampuan memahami bunyi bahasa, perintah, dongeng, drama, petunjuk, denah, pengumuman, dan konsep materi pelajaran.
2). Keterampilan berbicara meliputi kemampuan mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi secara lisan mengenai perkenalan, tegur sapa, pengenalan benda, fungsi anggota tubuh, kegiatan bertanya, percakapan, berita, deklamasi, memberi tanggapan, pendapat/saran, dan diskusi.
3). Keterampilan membaca meliputi ketrampilan memahami teks bacaan melalui membaca intensif dan sekilas.
4). Keterampilan menulis meliputi kemampuan menulis permulaan, dikte, mendeskripsikan benda, mengarang, menulis surat, undangan, dan ringkasan paragraf.
b). Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa. Meskipun pada umumnya pula perkembangan keterampilan berbahasa anak sama, namun terdapat perbedaan individual
 Berikut ini adalah beberapa faktor penyebab perbedaan tersebut:
    Kesehatan. Anak yang sehat lebih cepat belajar berbicara dibandingkan dengan anak yang kurang sehat, sebab perkembangan aspek aspek motorik dan aspek mental berbicaranya lebih baik sehingga lebih siap untuk belajar berbahasa.
     Kecerdasan. Anak yang memiliki kecerdasan tinggi, akan belajar berbicara lebih baik dan memiliki penguasaan bahasa. Erat kaitannya dengan kemampuan berpikir.
     Jenis kelamin. Anak perempuan lebih dalam belajar bahasa daripada anak laki-laki, baik dalam pengucapan, kosa kata maupun keseringan berbahasa.
     Keluarga. Semakin banyak jumlah anggota keluarga akan semakin sering anak mendengar dan berbicara. Demikian pula anak pertama lebih baik perkembangan berbicaranya karena orang tua lebih banyak memiliki waktu untuk berbicara dan berbahasa.
     Keinginan dan Dorongan Komunikasi. Semakin kuat keinginan dan dorongan untuk berkomunikasi dengan orang lain terutama teman sebaya, akan semakin kuat pula usaha anak untuk berbicara dan berbahasa.
     Kepribadian. Anak yang dapat menyesuaikan diri dengan baik dan memiliki kepribadian yang baik cenderung memiliki kemampuan bicara dan berbahasa lebih baik daripada anak yang mengalami masalah dalam penyesuaian diri.
6). Perkembangan Sosial
Perkembangan sosial berarti perolehan kemampuan berprilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial. Tuntutan sosial pada perilaku sosial anak tergantung dari perbedaan harapan dan tuntutan budaya dalam masyarakat tempat anak tumbuh kembangkan tugas perkembangannya. Dalam belajar hidup bermasyarakat diperlukan tiga proses dalam bersosialisasi, yaitu:
a).   Belajar berperilaku yang dapat diterima sosial.
b).   Memainkan peran sosial yang dapat diterima
c).   Perkembangan sikap sosial.
Jika peserta didik tidak mampu melakukan 3 proses sosialisasi diatas maka peserta didik tersebut berkembang menjadi orang yang nonsosial, asosial, dan anti sosial.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan peserta didik melakukan sosialisasi adalah sebagai berikut:
    Kesempatan dan waktu untuk bersosialisai dengan orang lain.
    Kemampuan berkomunikasi dengan kata-kata yang dapat dimengerti peserta didik maupun orang dewasa lain.
    Motivasi peserta didik untuk mau belajar bersosialisasi.
    Metode belajar efisien dan bimbingan bersosialisasi.
Pengalaman sosial awal memegang peranan penting bagi perkembangan dan perilaku sosial selanjutnya. Sebab pengalaman sosial awal cenderung menetap. Jadi mudah atau sulitnya perkembangan sosial anak selanjutnya tergantung pada baik buruknya si anak mempelajari sikap dan perilaku sosial. Selain itu, pengalaman sosial awal juga berpengaruh terhadap partisipasi sosial anak. Anak yang mempunyai pengalaman sosial awal yang baik cenderung lebih aktif dalam kegiatan kelompok social begitu juga sebaliknya.
2.5.Pentingnya Memahami Peserta Didik
Pentingnya Pemahaman Guru Mengenai Peserta Didik diantaranya adalah :
    Dengan memahami peserta didik, seorang guru akan dapat memberikan harapan yang realistis terhadap anak dan remaja. Ini adalah penting, karena jika terlalu banyak yang diharapkan pada anak usia tertentu, anak mungkin akan mengembangkan perasaan tidak mampu jika ia tidak mencapai standar yang ditetapkan orangtua dan guru. Sebaliknya, jika terlalu sedikit yang diharapkan dari mereka, mereka akan kehilangan rangsangan untuk lebih mengembangkan kemampuannya.
    Dengan memahami peserta didik, Guru akan lebih mudah dalam memberikan respons yang tepat terhadap perilaku tertentu seorang anak.
    Dengan memahami peserta didik, Guru akan lebih mudah dalam mengenali kapan perkembangan normal yang sesungguhnya dimulai, sehingga guru dapat mempersiapkan anak menghadapi perubahan yang akan terjadi pada tubuh, perhatian dan perilakunya.
    Dengan memahami peserta didik, Guru akan lebih mudah dalam memberikan bimbingan belajar yang tepat pada peserta didik.

BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Pada proses memahami peserta didik penting kiranya  memahami kebutuhan peserta didik juga perkembangan peserta didik terlebih dahulu, sehingga peserta didik dapat mengembangkan diri pribadi seutuhnya baik fisik, intelektual, emosi, sosial dan spiritual sebagai individu dan sebagai anggota masyarakat.
3.2. Saran
    Penulis menyadari akan kekurangan makalah ini, maka dari itu diharapkan kepada pembaca untuk memberi kritik atau saran yang bersifat menbangun, agar makalah ini menjadi lebih sempurna dan baik. Sehingga dapat di pergunakan selayak mungkin.
    Akhirnya kepada Allah lah kita kembali. Mudah-mudahan makalah ini berguna bagi pembaca dan pendengar. Amiiin……..















DAFTAR PUSTAKA

Desmita.2009. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Rosdakarya
Panuruju,Panut.2005. Psikologi Remaja. Yogyakarta: Tiara Wacana
http://warnadunia.com/psikologi-anak/memahami-peserta-didik-7529/s-37t.htm
 http://edukasi.kompasiana.com/2011/01/01/pentingnya-guru-memahami-perkembangan-dan-cara-belajar-anak/-12

Jumat, 22 Juni 2012

temen2 di kampus gue nechh

pada mau lihat g' temen2 tercantik yang gua punya pkok nya g' kalah saing lah
ma artis2 dan model2 terkenal
ini dia mari kita saksikan.....
my friends in II/C PAI









Kamis, 31 Mei 2012

cerita ku di kampus

hemmmzzzzz, di kelas aq di ejek same kawan2 aq mate sayu lahhhh...
orang to jahat, dah ejek aq macam gtu,,,, aq maluuuu....
hiks..hiksss..., tapi mcam mane lagi mate aq memang macam gtu, tak bise di ubah-ubah lagi memang takdir dari sane nye.... pi tak pe lah... jarang loooh orang pnye mate kya' aq ne....
ehhh, iye tak eee??? muke aq, muke orang sedehhh......
aq jadi sedeh kene cakap mcam tooo...
mcm nak nanges rasenya.......

lanjut ke cerita berikutnye...
dan di kelas juge aq di ejek prestasi2.... hemmzzz to gara2 si lauly ma andre jelek... 
sebel dech ma orang tooo, apalagi ma lauly, gara2 dy crita ku terbongkar...
kmaren pas ada tugas bahasa indonesia, kmi di suruh bwt autobiografi, trus aq crita dech semua tentang pengalaman aq si stu,,, crita itu g' bleh ada yang tau, kecuali dosennya,,, temen2 dekat aq mau lihat aja aq q' kasi apalagi orang lainnn.......
trus di baca dechhh ma si lauly tooo...., aq  kan jadi maluuu,,,,,,,,
emang seh aq ada bkin tentang prestasi2 yang ku dapattt, pi bkan untuk di pamerkan...
aq kan maluuuu.......
sampai sekarang aq msih di ejek siswa prestasi,,,, 
hemmmzzzz siswa berprestasi dari hongkonggg.....
iiiihhhhh sebeeelllll pokoknya.....

maluuuuuuuu iya juga nneccchhhhhhhh,,
he he he itu tadi sekilas crita ku tentang di kampusss,,,
rumayan asiiikk kannnn........
iya donk pastinya.......
uuupssss udah dlu ya para pembacaaa,,,,, ngantuk neeeccchhh
pengen bobo dluuuu,, bie,,,bie...bieeee

Selasa, 29 Mei 2012

pto2 model terkeren n' tercantik necchhh






ne poto waktu perkenalan perguruan tinggi di SMA 6 kundur, kabupaten karimun
pemandangannye cantekk kan.... alami banget,,, banyak pohon2 di sane...
baguslah kalau untuk syuting film,,, he he he..

waktu nak k sne, butuh perjuangan lohhh, alnye tempatnye to jauh bgt....
kmi kurang kendaraan, jadi satu mtor sampai tige orang,,, he he
pi tak pe lah name nye juge usaha.....
yang penteng sampai tujuannnn...
btol tak kwan????????

kuatkan iman ku



Ya allah, aku begitu mencintainya
Kuat kan lah iman ku untuk menahan rasa ini…
Jadi kan lah cinta ku ini, sebagai penambah kekuatan cinta ku terhadap mu ya allah………….
Hamba mohonnn…………..
Hanya kepada mu lah hamba memohon perlindungan
Lindungi lah hamba dari zina hati, yang bisa membawa hamba ke neraka  mu ya allahh………
Lindungi lahhh………
Karna hamba tidak sanggup ya allah
Menerima azab mu kelak
Ya allah, tenteram kan lah hati ini
Yang tiap saat bergelora, karna cinta…
Ya allah, jika dy baik bagi ku, dan membawa kebaikan untuk ku
Maka dekat kan lah aqu dengan nya
Suatu kebahagian yang sangat beharga bagiku
Dan jika, dy buruk bagi ku, dan akan membawa keburukan untuk ku. maka, jauh kan lah aq dengan nya,……
Karna, baik menurut ku, blum tentu baik menurut mu ya allah
Dan juga jika aq tidak di izin kan bersamanya…
Maka hilang kan lah rasa cinta  yang bergelora ini dari ku ya allah
Hamba mohonnn
Biar tidak ada lagi hati yang tersakiti..
Amin, ya rabbal ‘alamin

ne lah aq sebenarnya



Ne lah aqu parassitah, ne lah diri ku yang sebenarnya….
Orang yang pendiam pi ramah ma orang yang udah biasa, cuek tapi perhatian bget, ingin di sayang pi penyayang bgt, selamat ku ucap kan bagi orang-orang yang telah ku sayang, krna tidak mudah untuk mendapat kan sayang yang sebenarnya dariku…,
Tidak mudah untuk jatuh cinta, pi sulit melupakan orang yang benar- benar di sayang. Aq adalah orang yang setia, mudah sekali cemburu, karna itu lah bukti dari cinta…, suka mengalah, iba, peduli tentang sesuatu….. dan jaga bertanggung jawab ko’….
H e he he, siape lagi yang mau muji, kalau bkan diri sendiri, nunggu  orang muji lambat… ha ha ha