Sabtu, 31 Mei 2014

pengaruh Globalisasi Terhadap Akhlak Remaja



Tugas Terstruktur                                                           DosenPengampu
Akhlak  Tasawuf                                                Drs.H.Nasharuddin Yusuf, MA

MAKALAH
PENGARUH GLOBALISASI
TERHADAP AKHLAK REMAJA
OLEH :
PARASSITAH
NIM: 11111201007
SEMESTER III/KELAS SLTP/A MODEL
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM
RIAU
1434 H/2013 M
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Alam psikologi perkembangan, Masa remaja (remaja awal dan remaja akhir) adalah masa yang penuh emosi, secara psikologis, masa ini ditandai dengan kondisi jiwa yang labil, tidak menentu dan biasanya susah mengendalikan diri sehingga pengaruh-pengaruh negatif seperti perilaku-perilaku menyimpang akibat dari pergeseran nilai mudah mempengaruhi jiwa remaja dan menimbulkan gejala baru berupa krisis akhlak.
Krisis akhlak yang melanda sebagian remaja saat ini, merupakan salah satu akibat dari perkembangan global dan kemajuan IPTEK yang tidak diimbangi dengan kemajuan moral akhlak. Perilaku remaja yang cenderung lekas marah, kurang hormat terhadap orang tua, bersikap kasar, kurang disiplin dalam beribadah, menjadi pemakai obat-obatan, terjerumus dalam perilaku sex bebas serta perilaku yang menyimpang lainnya telah melanda sebagian besar kalangan remaja.
1.2. Rumusan Masalah
Lalu ada apakah di masa remaja ini? Seberapa besarkah pentingnya untuk menangani masa remaja dan seberapa besar pengaruhnya untuk kehidupan dimasa depan individu tersebut? Adakah keterkaitanya dengan era globalisasi sekarang ini?





BAB II
PEMBAHASAN
2.1.Pengertian Globalisasi
            Menurut asal katanya, kata "globalisasi" diambil dari kata global, yang maknanya ialah universal. Achmad Suparman menyatakan globalisasi adalah suatu proses menjadikan sesuatu (benda atau perilaku) sebagai ciri dari setiap individu di dunia ini tanpa dibatasi oleh wilayah. Globalisasi belum memiliki definisi yang mapan, kecuali sekedar definisi kerja (working definition), sehingga tergantung dari sisi mana orang melihatnya. Ada yang memandangnya sebagai suatu proses sosial, atau proses sejarah, atau proses alamiah yang akan membawa seluruh bangsa dan negara di dunia makin terikat satu sama lain, mewujudkan satu tatanan kehidupan baru atau kesatuan ko-eksistensi dengan menyingkirkan batas-batas geografis, ekonomi dan budaya masyarakat.[1]
Adapun konsep globalisasi menurut pendapat para ahli adalah :
1.      Malcom Waters, Globalisasi adalah sebuah proses sosial yang berakibat bahwa pembatasan geografis pada keadaan sosial budaya menjadi kurang penting, yang terjelma didalam kesadaran orang.
2.      Emanuel Ritcher, Globalisasi adalah jaringan kerja global secara bersamaan menyatukan masyarakat yang sebelumnya terpencar-pencar dan terisolasi kedalam saling ketergantungan dan persatuan dunia.
3.      Thomas L. Friedman, Globlisasi memiliki dimensi ideology dan teknlogi. Dimensi teknologi yaitu kapitalisme dan pasar bebas, sedangkan dimensi teknologi adalah teknologi informasi yang telah menyatukan dunia.[2]
Globalisasi merupakan fenomena berwajah majemuk. Istilah globalisasi sering diidentikkan dengan:
1.      Internasionalisasi, yaitu hubungan antar Negara, meluasnya arus perdagangan dan penanaman modal
2.      Liberalisasi, yaitu pencabutan pembatasan-pembatasan pemerintah untuk membuka ekonomi tanpa pagar (borderless world) dalam hambatan perdagangan, pembatasan keluar masuk mata uang, kendali devisa, dan izin masuk suatu Negara (visa)
3.      Universalisasi, yaitu ragam selera atau gaya hidup seperti pakaian, makanan, kendaraan di seluruh pelosok penjuru dunia.
4.      Westernisasi atau Amerikanisasi, yaitu ragam hidup model budaya Barat atau Amerika.
5.      De-Teritorialisasi, yaitu perubahan-perubahan geografi sehingga ruang sosial dalam perbatasan, tempat, dan jarak menjadi berubah.[3]
2.2.Permasalahan Akhlak Remaja
Dewasa ini dengan terjadinya perkembangan global disegala bidang kehidupan selain mengindikasikan kemajuan umat manusia disatu pihak, juga mengindikasikan kemunduran akhlak di pihak lain. Di samping itu, era informasi yang berkembang pesat pada saat ini dengan segala dampak positif dan negatifnya telah mendorong adanya pergeseran nilai di kalangan remaja.
Kemajuan kebudayaan melalui pengembangan IPTEK oleh manusia yang tidak seimbang dengan kemajuan moral akhlak, telah memunculkan gejala baru berupa krisis akhlak terutama terjadi dikalangan remaja yang memiliki kondisi jiwa yang labil, penuh gejolak dan gelombang serta emosi yang meledak-ledak ini cenderung mengalami peningkatan karena mudah dipengaruhi.
Gejala akhlak remaja yang cenderung kurang hormat terhadap orang tua, melawan orang tua, terjerumus dalam perilaku sex bebas, kurang disiplin dalam beribadah, mudah terpengaruh aliran sesat, pendendam, menjadi pemakai obat-obatan, berkata tidak sopan, pendusta, tidak bertanggungjawab dan perilaku lainnya yang menyimpang telah melanda sebagian besar kalangan remaja.
Secara langsung ataupun tidak langsung banyak sekali dampak negatif yang ditimbulkan oleh arus globalisasi terhadap psikologi para remaja, khususnya remaja Indonesia. Psikologi dan kondisi labil para remaja kita membuat mereka mudah terbawa arus negatif globalisasi. Kita lihat saja sekarang ini banyak remaja kita yang terjebak pada seks bebas, yang mana diakomodasi oleh proses globalisasi itu sendiri.
Dari data survey Kesehatan Reproduksi Remaja (15-19 tahun) oleh Badan Pusat Statistik (2009) tentang perilaku remaja terhadap kesehatan reproduksi menunjukkan fakta yang mencengangkan. Data tersebut menyebutkan bahwa dari 10.833 remaja laki-laki yang disurvei, 72 persen diantaranya mengaku sudah berpacaran. Dan dari 72 persen itu diperoleh data sebagai berikut:
·         92 persen saat berpacaran lebih sering melakukan pegang-pegang tangan
·         82 persen mengaku telah berciuman
·         10,2 persen mengaku telah melakukan hubungan seks (seks di luar nikah)
·         62 persen mengaku telah melakukan petting
Sedang dari hasil survei terhadap 8.340 remaja putri diperoleh data sebagai berikut:                 
  • 77 persen mengaku sudah berpacaran
  • 92 persen mengaku lebih sering melakukan pegang-pegang tangan
  • 86 persen mengaku telah berciuman
  • 6,3 persen mengaku telah melakukan hubungan seks bebas dengan pacarnya
  • 63 persen mengaku telah melakukan petting
Akibat-akibat lain dari seks bebas di kalangan remaja ini pun perlu disosialisasikan kepada para remaja, antara lain; resiko terkena HIV/AIDS, PMS (Penyakit Menular Seksual), KTD (Kehamilan yang Tidak Diinginkan) hingga aborsi yang dapat menyebabkan cacat permanen atau berujung pada kematian. Belum lagi dampak psikologis yang seringkali lebih mengarah pada wanita korban pelecehan tersebut, seperti rasa malu, depresi berat, rasa tidak berharga, putus asa, dan sebagainya.
Lalu berikut beberapa alasan kenapa hal ini bisa terjadi :
Ø  Tidak Kuasa untuk Menolak
Biasanya karena merasa takut diputus dan kehilangan pacarnya. Pacar sudah membujuk rayu sedemikian rupa, sampai akhirnya tidak bisa menolak. Habis itu, siapa yang akan bertanggung jawab? Biasanya dijadikan alasan sebagai pembuktian cinta. Sebenarnya jika dilogika kalau benar-benar cinta, pasti akan saling menjaga
Ø  Konsep “GAUL” yang Sesat
Saat ini para remaja banyak yang berasumsi bahwa dengan pernah melakukan hubungan seks, dianggap ‘Gaul’, berani, hebat, dan sebagainya. Ini tentu sebuah konsep menyesatkan yang perlu diluruskan kembali pada jalur koridor yang benar.
Ø  Prostitusi sebagai Lahan Bisnis
Tidak bisa dipungkiri kini prostitusi semakin merebak dan berkembang menjadi sebuah bisnis yang menggiurkan. Akhirnya para remaja pun banyak yang terjerumus ataupun menjadi korban perdagangan manusia atas bisnis maksiat tersebut. Di beberapa daerah, ternyata ada juga remaja yang kebanyakan perempuan, dimana mereka dijual oleh orangtua atau keluarganya sendiri kepada “Germo” dengan alasan ekonomi. Sungguh ironis memang!.
Ø  Korban Tayangan TV
Merebaknya seks bebas di kalangan remaja saat ini juga tidak lepas dari pengaruh kotak “setan” yang bernama Televisi. Akhir-akhir ini tayangan di televisi tanpa disadari seringkali mengumbar tontonan yang sensual. Ini tentu mendorong perilaku seks yang agresif pada para remaja. Contohnya saja kini sinetron-sinetron yang terkadang menampilkan adegan-adegan sensual dan gaya berpacaran yang kebablasan.
Ø  Masuknya Budaya “POP”
Masuknya budaya pop Barat ke dalam budaya kita nampaknya kini justru semakin menggeser budaya kita sendiri. Kini para remaja dan generasi muda justru lebih bangga dengan segala embel-embel yang kebarta-baratan. Gaya hidup remaja pun lebih sering berkiblat pada bangsa lain.
Jadi kesimpulannya, semua ini tentu tidak boleh kita biarkan begitu saja. Kenyataannya remaja kita belum mampu menerima dan menghadapi adanya globalisasi. Kita sadari psikologi mereka memang masih begitu labil untuk bisa menerima globalisasi secara dewasa. Mereka sangat butuh bimbingan dan partisipasi kita semua. Dunia pendidikan dalam hal ini harus terus berperan aktif memberikan pendidikan serta pengajaran terhadap para siswa-nya terkait dampak-dampak yang ditimbulkan oleh adanya globalisasi ini. Siswa dan para remaja diberikan pemahaman agar tidak lagi terjebak pada arus negatif globalisasi semacam seks bebas, pergaulan bebas, dan sebagainya. Karena itu hanyalah kenikmatan yang sesaat dan bisa membawa derita seumur hidup.[4]

2.3.Etika Pergaulan Remaja dalam Islam
            Islam telah mengatur etika pergaulan remaja. Islam sangat memperhatikan masalah ini dan banyak memberikan rambu-rambu untuk bisa berhati-hati dalam melewati masa muda. Suatu masa yang akan ditanya Allah dihari kiamat diantara empat masa kehidupan di dunia ini.
            Perilaku yang menjadi batasan dalam pergaulan adaaalah:
1.      Menutup aurat
Islam telah mewajibkan laki-laki dan perempuan untuk menutup aurat demi menjaga kehormatan diri dan kebersihan hati. Aurat merupakan anggota tubuh yang harus di tutupi dan tidak boleh di perlihatkan kepada orang yang bukan mahramnya terutama kepada lawan jenis agar tidak membangkitkan hawa nafsu birahi dan menimbulkan fitnah.
Aurat laki-laki yaitu anggota tubuh antara pusar dan lutut sedangkan aurat bagi wanita yaitu seluruh anggota tubuh, dan juga tidak boleh taransparan atau tipis sehingga tembus pandang
2.      Menjauhi perbuatan zina
Pergaulan antara laki-laki dengan perempuan di perbolehkan sampai pada batas tidak membuka peluang terjadinya perbuatan dosa. Islam adalah agama yang menjaga kesucian, pergaulan di dalam islam adalah pergaulan yang dilandasi oleh nilai-nilai kesucian. Dalam pergaulan dengan lawan jenis harus di jaga jarak sehingga tidak ada kesempatan terjadinya kejahatan seksual yang pada gilirannya akan merusak pada pelaku maupun bagi masyarakat umum. Dalam al-Quran Allah berfirman dalam surat al-Isra’ ayat 32 yang artinya:
“Dan jangan lah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji, dan suatu jalan yang buruk”.
Dalam rangka menjaga kesucian pergaulan remaja agar terhindar dari perbuatan zina, islam telah membiat batasan-batasan sebagai berikut:
Laki-laki tidak boleh berdua-duaan dengan perempuan yang bukan mahramnya. Jika laki-laki dan perempuan di tempat sepi maka yang ketiga adalah syetan, mula-mula saling berpandangan, lalu berpegangan, dan akhirnya menjurus pada perzinahan, itu semua adalah pujuk rayu setan. Laki-laki dan perempuan yang bukan muhrim tidak boleh bersentuhan secara fisik, saling bersentuhan di dalam islam adalah sentuhan yang disengaja dan disertai nafsu birahi. Tetapi bersentuhan yang tidak disengaja tanpa disertai nafsu birahi tidaklah dilarang.[5]
2.4.Tata Cara Pergaulan Remaja
            Semua agama dan tradisi telah mengatur tata cara pergaulan remaja. Ajaran islam sebagai pedoman hidup umatnya, juga telah mengatur tata cara pergaulan remaja yang dilandasi nilai-nilai agama. Tata cara itu meliputi:
a.       Mengucapkan salam
Ucapan salam ketika bertemu dengan teman atau orang lain sesama muslim, ucapan salam adalah doa. Berarti dengan ucapan salam kita telah mendoakan teman tersebut.
b.      Meminta izin
Meminta izin di sini dalam artian kita tidak boleh meremehkan hak-hak atau milik teman apabila kita mau menggunakan barang milik teman, maka kita harus meminta izin terlebih dahulu.
c.       Menghormati yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda
Remaja sebagai orang yang lebih muda sebaiknya menghormati yang lebih tua dan mengambil pelajaran dari hidup mereka. Selain itu remaja juga harus menyanyangi kepada adik yang lebih muda darinya, dan yang paling penting adalah memberikan tuntunan dan bimbingan kepada mereka ke jalan yang benar dan penuh kasih saying.
d.      Bersikap santun dan tidak sombong
Dalam bergaul, penekanan perilaku yang baik sangat ditekankan agar temen merasa nyaman berteman dengan kita. Kemudian sikap dasar remaja yang biasanya ingin terlihat lebih dari temannya sungguh sangat tidak diterapkan dalam islam bahkan sombong merupakan sifat tercela yang dibenci Allah.
e.       Berbicara dengan perkataan yang sopan
Islam mengajarkan bahwa bila kita berkata, utamakan lah perkataan yang bermanfaat, dengan suara yang lembut, dan dengan gaya yang wajar.
f.       Tidak boleh saling menghina
Menghina atau mengumpat hukumnya dilarang dalam islam sehingga dalam pergaulan sebaiknya hindari saling menghina di antara teman.
g.      Tidak boleh saling membenci dan iri hati
Rasa iri akan berdampak dapat berkembang menjadi kebencian yang pada akhirnya mengakibatkan putusnya hubungan baik di antara teman. Iri hati merupakan penyakit hati yang membuat hati kita tidak dapat merasakan ketenangan serta merupakan sifat tercela baik dihadapan Allah maupun manusia.

h.      Mengisi waktu luang dengan kegiatan yang bermanfaat
Masa remaja sebaiknya dipergunakan untuk kegiatan-kegiatan yang positif dan bermanfaat. Remaja harus membagi waktunya seefisien mungkin, dengan cara membagi waktu menjadi tiga bagian yaitu: sepertiga untuk beribadah kepada Allah, sepertiga untuk dirinya, dan sepertiga  lagi  untuk orang lain.
i.        Mengajak untuk berbuat kebaikan
Orang yang memberi petunjuk kepada teman ke jalan yang benar akan mendapatkan pahala seperti teman yang melakukan kebaikan itu, dan ajakan untuk berbuat kebajikan merupakan suatu bentuk kasih saying terbadap teman.[6]
2.5.Peranan Keluarga dalam Membina Akhlak Remaja
Masa remaja sebagaimana yang dikemukakan di atas menurut Hurlock (dalam Istiwidayanti : 1992) adalah masa dimana seorang individu berada pada batasan umur 12-22 tahun. Karena masa remaja adalah masa-masa mencari identitas diri maka biasanya para remaja cenderung menginginkan kebebasan tanpa terikat oleh norma dan aturan.
Dalam masa pencarian identitas diri yang penuh gejolak ini, penting kiranya orang tua sebagai orang terdekat dalam lingkungan keluarga dengan remaja untuk mengenal dan memahami jiwa remaja secara mendalam agar dapat mendidik, membimbing serta mengarahkan akhlaknya menuju jalan yang benar dan diridhoi oleh Allah SWT.
Sebagai pendidik pertama dan utama, orang tua memiliki peran yang sangat penting dalam membina akhlak remaja. Nilai-nilai akhlak karimah yang bersumberkan ajaran agama Islam harus diberikan, ditanamkan dan dikembangkan oleh orang tua terhadap para remaja dalam kehidupan sehari-hari. Penanaman akhlak tersebut penting karena inti dari keberagamaan seseorang akan termanifestasikan dalam akhlak karimah.
Akhlak karimah yang perlu ditanamkan orang tua seperti ketaatan beribadah, berperilaku baik, hormat kepada orang tua, memiliki sifat ikhlas tawadhu secara perlahan-lahan akan terinternalisasi pada diri setiap remaja sehingga akhirnya berdampak positif bagi kehidupan mental dan spiritualnya, sehingga dapat memberikan kekuatan yang positif bagi remaja dalam menjalani proses hidup dan dapat menyikapi dampak negatif yang diakibatkan oleh era globalisasi dan informasi.
Agama Islam sebagai sumber nilai akhlak harus dijadikan landasan oleh orang tua dalam membina akhlak remaja karena agama merupakan pedoman hidup serta memberikan landasan yang kuat bagi diri setiap remaja. Di samping itu pembiasaan-pembiasaan yang dilakukan orang tua sehari-hari seperti sholat, membaca Al-Qur’an, menjalankan puasa serta berperilaku baik merupakan bagian penting dalam pembentukan dan pembinaan akhlak remaja.
Dalam pendidikan dan pembinaan akhlak bagi para remaja, orang tua harus dapat berperan sebagai pembimbing spiritual yang mampu mengarahkan dan memberikan contoh tauladan, menuntun, mengarahkan dan memperhatikan akhlak remaja sehingga para remaja berada pada jalan yang baik dan benar. Jika remaja melakukan kesalahan, maka orang tua dengan arif dan bijaksana membetulkannya, begitu juga sebaliknya jika remaja melakukan suatu perbuatan yang terpuji maka orang tua wajib memberikan dorongan dengan perkataan atau pujian maupun dengan hadiah berbentuk benda.
Oleh karena itu peranan keluarga sangat besar dalam membina akhlak remaja dan mengantarkan kearah kematangan dan kedewasaan, sehingga remaja dapat mengendalikan dirinya, menyelesaikan persoalannya dan menghadapi tantangan hidupnya. Untuk membina akhlak tersebut, maka orang tua perlu menerapkan disiplin dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Disiplin yang ditanamkan orang tua merupakan modal dasar yang sangat penting bagi remaja untuk menghadapi berbagai macam pesoalan pada masa remaja.
Peranan keluarga (orang tua) dalam membina akhlak remaja antara lain dapat dilakukan dengan cara :
1)      Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT, dengan cara melaksanakan kewajiban-kewajiban sebagaimana yang diperintahkan dalam ajaran agama Islam. Dalam hal ini orang tua harus menjadi contoh yang baik dengan memberikan bimbingan, arahan, serta pengawasan sehingga dengan kondisi seperti ini remaja menjadi terbiasa berakhlak baik.
2)      Meningkatkan interaksi melalui komunikasi dua arah. Orang tua dalam hal ini dituntut untuk dapat berperan sebagai motivator dalam mengembangkan kondisi-kondisi yang positif yang dimiliki remaja sehingga perilaku atau akhlak remaja tidak menyimpang dari norma-norma baik norma agama, norma hukum maupun norma kesusilaan.
3)      Meningkatkan disiplin dalam berbagai bidang kehidupan. Orang tua dalam melaksanakan seluruh fungsi keluarganya baik fungsi agama, fungsi pendidikan, fungsi keamanan, fungsi ekonomi maupun fungsi sosial harus dilandasi dengan penanaman disiplin yang terkendali agar dapat mengendalikan akhlak atau perilaku remaja.[7]





BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka dapat dikatakan bahwa keluarga merupakan institusi sosial yang utama dalam membina nilai-nilai akhlak karimah remaja. Oleh karena itu orang tua sebagai tiang keluarga mempunyai peranan yang sangat penting dan tanggungjawab yang besar dalam membina akhlak remaja sebab ditangan orang tuanyalah, orang menilai baik buruknya akhlak remaja.
Untuk menghindarkan dampak negatif akibat arus globalisasi dan informasi yang terjadi pada saat ini, maka keluarga (orang tua) dituntut untuk menanamkan nilai-nilai luhur (nilai agama Islam) dengan memberikan contoh yang baik sehingga contoh baik ini dapat dijadikan landasan dalam bersikap dan berperilaku serta menjadi tauladan bagi remaja.
Dengan demikian maka peranan keluarga dalam pembinaan akhlak remaja perlu ditingkatkan untuk mewujudkan generasi yang kuat, sehat serta berakhlak karimah yang baik melalui peningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT, peningkatan pola interaksi serta peningkatan disiplin dalam berbagai bidang kehidupan.
3.2.Saran
Penulis menyadari akan kekurangan makalah ini, oleh sebab itu diharapkan kepada pembaca untuk dapat memberi kritik dan saran yang konstruktif dalam rangka penyempurnaan makalah ini. Akhirnya, kepada Allah jualah penulis menyerahkan diri serta memohon taufik dan hidayah-Nya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis dan juga pembaca.

DAFTAR KEPUSTAKAAN
Dra.Kun Maryati dan Juju Suryawati,S.Pd,2007, Sosiologi, Jakarta: PT.Gelora Askara Pratama

Prof.Dr.Komarudin Hidayat dan Prof.Dr.Azyumardi Azra,MA, 2008, Pendidikan Kewarganegaraan, Jakarta: ICCE UIN Syarif Hidayatullah

Prof.Dr. Azyumardi Azra,MA, 2003, Pendidikan kewarganegaraan, Jakarta: ICCE UIN Syarif Hidayatullah

http// Peranan  Keluarga dalam Membina Akhlak Remaja « Blog Anak PAC' man….htm

http// etika-remaja-saat-ini.html

Sumber:http://edukasi.kompasiana.com/2010/09/24/globalisasi-dan-racun-seks  pada-remaja/

http://id.wikipedia.org/wiki/Globalisasi




[1] http://id.wikipedia.org/wiki/Globalisasi
[2] Dra.Kun Maryati dan Juju Suryawati,S.Pd, Sosiologi,(Jakarta:2007, PT.Gelora Askara Pratama), hlm.40-42

[3]Prof.Dr.Komarudin Hidayat dan Prof.Dr.Azyumardi Azra,MA, Pendidikan Kewarganegaraan,  (Jakarta:  ICCE UIN Syarif Hidayatullah),  hlm.26

[4] Sumber: http://edukasi.kompasiana.com/2010/09/24/globalisasi-dan-racun-seks-pada-remaja/

[5] http// etika-remaja-saat-ini.html

[6]http// etika-remaja-saat-ini.html
[7]http// Peranan  Keluarga dalam Membina Akhlak Remaja « Blog Anak PAC' man….htm